Citraan Mr. Hua Wei dalam Diri Tuan Luhut Binsar Pandjaitan
Mr. Hua Wei merupakan cerpen Cina
yang ditulis oleh Zhang Tianyi dan terbit tahun 1938. Berkisah tentang seorang
pria bernama Mr. Hua Wei, seorang aktivis pergerakan resistensi melawan invasi
Jepang. Mr. Hua Wei dikisahkan memiliki organisasi yang sangat banyak. Dalam
sehari, ia memiliki agenda rapat lebih dari satu. Karena organisasi/urusan yang
sangat banyak itulah, Mr. Hua Wei hanya bisa menghadiri rapat sebentar, lalu
bergegas menuju rapat yang lain, dan datang terlambat di rapat tersebut.
Dalam rapat Refugees Relief Association, Mr. Hua Wei hanya
mengikutinya selama 10 menit.
Mr. Hua Wei memotong pembacaan laporan Chairman Liu. Mr. Hua Wei
mengatakan bahwa ia tidak punya banyak waktu karena harus menghadiri rapat
lainnya sehingga ia terburu-buru dan menyampaikan dua saran, yakni semua orang
harus berusaha lebih keras dan semua
anggota muda harus mengikuti arahan dari satu pemimpin terpilih saja.
Suatu ketika, Mr. Hua Wei
mendengar bahwa ada kelompok belajar Refugees’
Study Group yang berdiri tanpa sepengetahuannya. Ia langsung marah. Dua anak muda pengurus kelompok tersebut
kemudian menjelaskan bahwa hal itu
disebabkan kesibukan Mr. Hua Wei yang sudah padat.
Looking very dignified, Mr. Hua Wei walked in with unhurried gait…
He stopped at the entrance for a second to let everyone get a good glimpse of
him, as if to inspire confidence in the comrades and assure them
that they might feel at ease before any difficulty which might
confront them.
(Zhang, 1938: 455)
Cerpen ini dinilai memiliki makna
simbolis kritik satir terhadap pejabat pemerintahan yang tidak benar-benar
serius dalam menghadapi serangan invasi Jepang, tetapi memanfaatkan situasi
perang, untuk melanggengkan kekuasaan golongannya. Jika kita tarik dengan
situasi belakangan ini, banyak sekali kritik satir, ataupun secara terang-terangan
mengarah kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman sekaligus Plt. Menteri
Perhubungan, Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut dinilai memiliki kendali kekuasaan
yang samar-samar mendikte Presiden. Sehingga sangat wajar kalau publik melancarkan
serangan tagar #JokowiDiBawahKetiakLuhut. Sudah terlalu banyak kebijakan
beraroma asing yang penetrasinya berjalan lancar di bawah kendali Luhut.
Luhut ibarat tokoh fiksi Mr. Hua
Wei yang mewakili gambaran “ketidakbecusan” pejabat pemerintah, bukan
semata-mata karena level intelektualitasnya yang bermasalah, tapi karena
menempati kepentingannya di posisi rel yang salah. Luhut tidak bodoh, sama
sekali tidak. Ia pasti tahu bagaimana menyetir pola-pola strategis membebaskan
negara ini dari kemelaratan. Tapi bukan itu tujuan utamanya berpolitis,
melainkan strategi melanggengkan kekuasaan tirani minoritas. Sialnya, Luhut
bukan satu-satunya, tapi barangkali ia yang paling terlihat berkuasa.
Komentar
Posting Komentar