Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Kisah Tentang Pecel Ayam dan Pecel Lele

#DiaryOfIndependentMan Kalau disuruh memilih, mana antara pecel ayam atau pecel lele, kebanyakan anak-anak tentu lebih memilih pecel ayam. Barangkali bukan cuma anak-anak, orang dewasa pun begitu. Kita tahu, keduanya memiliki rating level yang lumayan jauh. Pecel lele bisa dibeli seharga 12.000/13.000-an, pecel ayam bisa lebih dari 15.000. Tapi suatu hari, ketika saya masih kecil, kurang tahu pastinya usia berapa, mungkin sekitar 6/7 tahun. Saya diajak mampir sama Bapak saya ke pecel lele pinggir jalan. Dia bilang, saya mau apa? Pecel lele atau pecel ayam? Naluri anak-anak saya berhasrat ingin pecel ayam. Walau memori-memori lain berteriak pecel lele, karena memang keluarga saya lebih sering beli pecel lele ketimbang pecel ayam. Karena harganya yang jauh lebih murah. Ya, waktu itu masih awal tahun 2000-an, konsumsi ayam itu masih sangat “mewah” untuk kalangan low-middle class seperti saya dan keluarga. Akhirnya, saya pilih pecel lele. Karena saya takut, pecel ayam itu mahal. Say

Tips Betah Diam Di Rumah Selama Masa Pandemi Corona

Gambar
                                            Belum genap sebulan sejak WHO menetapkan kasus virus corona (covid-19) sebagai pandemi, rasa-rasanya sulit juga untuk bertahan di rumah. Saya termasuk orang yang tidak terlalu suka dengan kesibukan di luar, tapi bertahan di rumah seharian suntuk juga tidak menyenangkan. Padahal negara Indonesia belum sepenuhnya memberlakukan lockdown secara paripurna, alias penuh, tapi tetap saja jemu sekali rasanya tidak bisa having fun ke luar rumah seraya memperoleh pengalaman yang baru. Saya mulai stay at home tanggal 22 Maret. Pergi ke luar rumah hanya untuk belanja kebutuhan, ke ATM, bayar tagihan, dan hal kecil lainnya. Titik jenuh? Sudah pasti datang bertubi-tubi. Walau tidak jarang, saya justru merasa waktu begitu cepat berlalu. Apalagi menjelang Kamis, karena di hari itu saya pasti sedang dibully sama tugas kuliah. Hehe. Barangkali, ini beberapa hal yang bisa membantu kamu untuk betah stay di rumah. Terima kasih buat sahabat-sahab

Membongkar Ideologi di Balik Pembebasan Narapidana Korupsi

Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly mengusulkan revisi Peraturan Pemerintah Nomor   99 Tahun 2012 tentang syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Hal ini untuk mencegah penyebaran virus corona (covid-19) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Yasonna merinci setidaknya empat kriteria narapidana yang bisa dibebaskan melalui mekanisme revisi PP tersebut. Kriteria pertama, narapidana kasus narkotika dengan syarat memiliki masa pidana 5-10 tahun yang sudah menjalani dua per tiga masa tahanan. Kriteria kedua, narapidana kasus tindak pidana korupsi yang sudah menjalani 2/3 masa tahanan. Kriteria ketiga, narapidana tindak pidana khusus yang mengidap sakit kronis dan telah menjalani 2/3 masa tahanan. Kriteria terakhir, berlaku bagi narapidana WNA asing sebanyak 53 orang. (CNN Indonesia, 2/4/2020) Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW), Donal Fariz, menilai Yasonna tengah memanfaatkan situasi krisis. Menurut ICW, selama 2015-20

Citraan Mr. Hua Wei dalam Diri Tuan Luhut Binsar Pandjaitan

Gambar
                                                                   Mr. Hua Wei merupakan cerpen Cina yang ditulis oleh Zhang Tianyi dan terbit tahun 1938. Berkisah tentang seorang pria bernama Mr. Hua Wei, seorang aktivis pergerakan resistensi melawan invasi Jepang. Mr. Hua Wei dikisahkan memiliki organisasi yang sangat banyak. Dalam sehari, ia memiliki agenda rapat lebih dari satu. Karena organisasi/urusan yang sangat banyak itulah, Mr. Hua Wei hanya bisa menghadiri rapat sebentar, lalu bergegas menuju rapat yang lain, dan datang terlambat di rapat tersebut.           Dalam rapat Refugees Relief Association , Mr. Hua Wei hanya mengikutinya sel ama 10 menit. Mr. Hua Wei memotong pembacaan laporan Chairman L iu. Mr. Hua Wei mengatakan bahwa ia tidak punya banyak waktu karena harus menghadiri rapat lainnya sehingga ia terburu-buru dan menyampaikan dua saran, yakni semua orang harus berusaha    lebih keras dan semua anggota muda harus mengikuti arahan dari satu p

Memoria Passionis

Gambar
Oleh: Heri ST                                          Usiaku baru 10 tahun ketika alat-alat berat mulai berdatangan menggempur tanah Boven Digoel. Aku belum pernah menyaksikan benda semacam itu. Rodanya besar, kokoh, menggilas permukaan bumi dengan buas. Bunyi derum mesin membelah keheningan belantara. Semua menuju satu titik – yang beberapa hari lalu disurvei oleh mereka – di pangkal hutan. Aku tak bisa melihat lebih jauh lagi, sebab puluhan tentara dan polisi berjaga, lengkap dengan popor senjata api. Aku masih terlalu bodoh untuk mengenali peristiwa itu. Selama ini aku hanya mengenal Auyu sebagai sebuah kedamaian tanpa tepi. Sayap-sayap burung membelah angkasa, lalu kaki kecilnya hinggap mencengkeram batang matoa. Bunyi pemburu mengejar babi hutan. Tanah dingin dan becek bercipratan dihentak kaki kijang. Atau tetes air yang jatuh dari pucuk daun, lalu tersangkut di dahan. Semua itu, harmonis tanpa cela. Aku tak paham betul bagaimana hari ini menjadi penentu hidup be